Banjir Rendam Perumahan di Mamuju Akibat Sungai Meluap, Sekitar 400 KK Terdampak

Ruang Mamuju – Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat — Banjir besar melanda sejumlah kompleks perumahan di wilayah pesisir Kabupaten Mamuju setelah sungai di kawasan tersebut meluap secara tiba‑tiba pasca hujan deras. Sekitar 400 kepala keluarga (KK) dilaporkan terdampak oleh genangan yang muncul dalam hitungan jam, menimbulkan kondisi darurat bagi warga dan memaksa evakuasi massal.
Kronologi Kejadian
Peristiwa terjadi ketika aliran Sungai Mamuju, yang membelah wilayah pemukiman padat penduduk, mengalami lonjakan debit air. Hujan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah hulu selama beberapa jam menyebabkan volume air sungai melampaui kapasitas aliran normalnya, sehingga air meluber ke pemukiman di Kelurahan Mamunyu dan sekitarnya.
Pada puncaknya, genangan air dicatat mencapai hingga 80 cm hingga 1 meter di beberapa titik. Kondisi ini membuat aktivitas warga terhenti, akses jalan menjadi terhambat, dan banyak rumah yang direndam hingga bagian lantai dua. Warga terpaksa meninggalkan sebagian besar harta mereka dan mengungsi ke lokasi yang lebih aman.
Penanganan Darurat
Tim evakuasi yang terdiri atas BPBD Provinsi Sulawesi Barat, BPBD Kabupaten Mamuju, petugas kepolisian, TNI, dan relawan lokal segera dikerahkan. Perahu karet digunakan untuk mengevakuasi warga—termasuk anak-anak dan lansia—yang terjebak di dalam rumah atau lingkungan yang tergenang dalam.
Akses jalan utama seperti Jalan Trans‑Sulawesi pun sempat ikut terendam, menyulitkan mobilitas warga dan distribusi bantuan logistik. Tidak sedikit kendaraan roda empat yang mogok atau tidak dapat melintas, sehingga tim evakuasi harus menjangkau lokasi dengan menggunakan perahu dan berjalan kaki di beberapa titik.
Dampak Jangka Pendek dan Respon Warga
Warga yang terdampak banyak melaporkan kerusakan barang pribadi, seperti perabotan rumah tangga, alat elektronik, bahkan kendaraan bermotor yang ikut terendam. Bagi banyak keluarga, kerugian materi langsung terjadi, sementara ketidakpastian kapan kondisi normal kembali menjadi beban psikologis tersendiri.
Posko bantuan darurat telah didirikan oleh BPBD Kabupaten Mamuju bersama aparat kelurahan pada titik‑titik strategis pengungsian. Bantuan berupa makanan siap saji, air bersih, selimut, serta perlengkapan bayi dan lansia mulai didistribusikan. Tim medis dan relawan juga memberikan pelayanan kesehatan singkat untuk mencegah penyakit akibat air banjir seperti infeksi kulit, diare, maupun gangguan pernapasan.
Faktor Pemicu & Pelajaran yang Ditarik
Kepala BPBD Provinsi Sulawesi Barat menyoroti bahwa kejadian ini menunjukkan betapa rentannya wilayah pesisir Mamuju terhadap kombinasi curah hujan tinggi, aliran sungai yang meluap, dan kondisi drainase yang kurang optimal. “Kejadian ini menjadi pengingat bahwa kita harus memperkuat sistem pengendalian air, mulai dari perkuatan garis tepi sungai, normalisasi aliran, hingga peningkatan kesiapsiagaan masyarakat,” ungkapnya.
Beberapa pelajaran yang ditarik antara lain pentingnya pemetaan risiko yang update, peningkatan kapasitas evakuasi lokal, dan keterlibatan aktif warga dalam menjaga lingkungan sekitar—termasuk menjaga saluran air tetap bebas dari sampah maupun sedimentasi yang memperlambat aliran.
Langkah ke Depan
Pemerintah provinsi dan kabupaten telah menyiapkan rencana rehabilitasi dan rekonstruksi pasca‑banjir. Langkah yang akan ditempuh meliputi:
-
Pengerukan sedimen di badan sungai dan saluran air yang tersumbat.
-
Penguatan tebing sungai dan pembuatan tanggul rendah di titik‑titik rawan luapan.
-
Pembentukan posko permanen tanggap bencana dan pelatihan warga lokal sebagai relawan banjir.
-
Penyediaan peringatan dini lokal berupa sensor air sungai otomatis dan sistem alert komunitas.
Warga Majunyu dan wilayah terdampak lainnya berharap agar kejadian serupa tidak terulang, dan bahwa kerusakan ini bisa menjadi momentum untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana setempat.




