Mamuju – Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-80 Republik Indonesia, suasana di sejumlah ruas jalan di Kota Mamuju mulai dipenuhi warna merah putih. Namun, di balik semarak bendera yang berkibar, ada kisah pilu yang dialami seorang pedagang musiman asal Garut, Jawa Barat, yang tahun ini terpaksa menghadapi kenyataan pahit: sepinya pembeli.
Harapan Tinggi, Realita Mengecewakan
Setiap tahun menjelang 17 Agustus, para pedagang bendera dari berbagai daerah biasanya meraup keuntungan besar. Begitu pula yang diharapkan oleh Dedi (45), pedagang asal Garut yang sudah enam tahun rutin merantau ke Mamuju untuk menjual bendera dan pernak-pernik kemerdekaan.
Namun, tahun ini ceritanya berbeda.
“Biasanya kalau sudah dekat 17-an, bendera ukuran kecil bisa laku puluhan per hari, sekarang paling 2 atau 3 lembar saja,” ujar Dedi dengan nada lesu.
Persaingan dan Daya Beli yang Menurun
Dedi menduga, sepinya pembeli disebabkan oleh dua faktor utama: menurunnya daya beli masyarakat dan semakin ketatnya persaingan dengan penjual lokal maupun penjual online.

Baca juga: TO Antik Dibekuk di SPBU Sarjo, Polisi Sita 3 Paket Sabu
Selain itu, kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih pascapandemi membuat warga lebih selektif membelanjakan uang. Banyak yang memilih menggunakan kembali bendera tahun sebelumnya daripada membeli yang baru.
Biaya Tinggi, Keuntungan Tipis
Tak hanya penjualan yang merosot, Dedi juga harus menghadapi biaya operasional yang cukup tinggi. Mulai dari ongkos perjalanan Garut–Mamuju, biaya sewa tempat berjualan di pinggir jalan, hingga harga bahan baku yang naik karena distribusi logistik semakin mahal.
“Kalau kayak gini terus, modal nggak balik. Tahun ini mungkin yang terburuk selama saya jualan di Mamuju,” ungkapnya.
Tetap Bertahan Demi Keluarga
Meski menghadapi kondisi sulit, Dedi memilih tetap bertahan hingga puncak perayaan 17 Agustus. Ia berharap, penjualan akan meningkat di detik-detik terakhir menjelang perayaan HUT RI, ketika masyarakat mulai mempersiapkan dekorasi lingkungan atau kantor.
“Kalau menyerah sekarang, saya pulang cuma bawa rugi. Setidaknya saya berusaha sampai hari H,” katanya.
Potret Pedagang Musiman di Momen Kemerdekaan
Kisah Dedi adalah gambaran nyata kehidupan para pedagang musiman yang menggantungkan harapan pada momen-momen tertentu.



